Nasib Film Komedi Indonesia
Membandingkan film-film komedi Indonesia memang rasanya tidak terlalu menarik, terutama di era tahun 2000-an. Sebagian besar film komedi yang muncul ke layar lebar, tidak jauh dari tema-tema komedi nakal. Kalaupun ada yang berusaha menjauh dari tema tersebut, yang keluar malah komedi jadul yang jelas tidak lucu lagi. Untuk kategori terakhir, beberapa contohnya adalah film Lima Sehat Empat Sempurna dan Kejar Jakarta.
Khusus untuk Kejar Jakarta, sebenarnya penonton berhak untuk berharap banyak. Selain didukung para komedian Project Pop, Bayu Sampurno sang produser pun menyatakan bahwa filmnya termasuk ke dalam tipe “smart comedy”, satu genre komedi yang sebenarnya belum ada.
Tapi yang dimaksud smart oleh Bayu ternyata film yang memang ditujukan untuk penonton menengah ke atas. Bila tidak, jelas tidak akan bisa tertawa karena film ini sebenarnya tidak lebih dari candaan-candaan basi.
Memang kelemahan humor salah satunya lucu ketika didengar pertama kali, dan hal inilah yang sering terjadi di film komedi Indonesia. Biasanya, untuk menutupi kelemahan tersebut, ada dua hal yang diangkat oleh filmmaker. Pertama, karakter, yang entah kenapa selalu, waria atau laki-laki gemulai yang kerap dijadikan sasaran ejek. Kedua, dilibatkannya dalam film seseorang yang “digelari” komedian.
Masalahnya, setelah era Warkop DKI dan Benyamin S, belum ada lagi aktor atau aktris yang pantas disebut komedian di Indonesia. Di luar negeri, tentunya kita kenal nama-nama seperti Jim Carrey, Eddie Murphy, Adam Sandler atau Lisa Kudrow. Sementara dari Asia, rasanya cukup diwakili oleh Wu Meng Ta dan Stephen Chow. Karena ketiadaan komedian lokal ini, banyak akting komedi yang terasa kabaret dari pada film.
Komedian vs. Script
Di bioskop Indonesia bulan Juli 2009, muncul beberapa film komedi. Dua film yang rasanya pantas untuk dibandingkan adalah Tarik Jabrix 2 (TJ2) dan Punk In Love (PIL). Diambilnya contoh dari kedua film ini lantaran keduanya berbeda dan mewakili masing-masing jenis komedi khas film Indonesia.
Misalnya saja dari sisi kekuatannya. Film TJ2 memanfaatkan komediannya, dalam hal ini kelompok The Changcuters. Sementara PIL, lebih mengutamakan kekuatan script tapi tidak didukung komedian. Dari kultur pun TJ2 masih membawa kultur Jawa Barat sementara PIL membawa kultur Jawa Timur.
Bicara tentang kultur pun, PIL sebenarnya menyajikan sesuatu yang unik. Di saat kebanyakan film komedi Indonesia berlatarkan Jakarta, namun PIL berani menawarkan sesuatu yang lain.
Menonton kedua film tersebut, sebenarnya kita akan mendapat suatu hal yang tidak sekedar komedi. Menurut Adistya (21) dan Alenina (27) yang keduanya adalah pemerhati film, semua film tersebut menyajikan budaya dan pemandangan alam yang khas. Dalam hal ini, kultur Jawa Barat dan Jawa Timur.
Menurut mereka, secara nilai kedua film ini tidak berbeda jauh. Tapi sebenarnya, PIL memiliki nilai lebih lantaran kekuatan film ini ada pada script. Inilah yang seharusnya dicari oleh para filmmaker yang berniat membuat film komedi.
Memang dalam film komedi sering kita lihat aktor-aktor yang mencoba berkomedi, seperti Aming, Komeng, Mandra, Desta, Tora Sudiro, Agus Ringgo, bahkan akhir-akhir ini Candil “Serieus” mulai mencoba peruntungannya lewat film komedi. Namun, tetap saja mereka belum bisa tampil dengan kekuatan komedi yang dibutuhkan penonton. Terlebih lagi, pemain seperti Tora Sudiro atau Agus Ringgo, kerap kali mencoba juga mengambil beberapa peran non-komedi. Artinya yang butuhkan oleh film komedi Indonesia adalah script yang kuat, bukan hanya komedian.
Hal inilah yang coba dijawab PIL, dan sejauh ini rasanya berhasil. Buktinya, beberapa penontonnya berpendapat bahwa film ini bagus dan penuh humor. Beberapa orang bahkan memuji aksen Jawa Timur yang dipakai di sana. Sebaliknya, TJ2 malah kehilangan kultur Sunda-nya ketika latar cerita dipindah ke Jakarta.
Namun, secara garis besar, kedua film komedi ini punya nilai lebih yang kurang lebih sama. Hal ini disebabkan lantaran keduanya tampil dengan kekuatan berbeda. Tapi ada satu hal yang sama, mereka menyuguhkan lebih dari sekedar komedi. Mereka memiliki script dan kultur yang menarik untuk disuguhkan. Semoga ini juga jadi perhatian semua film komedia Indonesia kedepannya.
http://salmanfilms.com/2009/08/15/nasib-film-komedi-indonesia/
benjamin sueb
http://www.youtube.com/watch?v=ElxXDT8S7-Y
0 komentar:
Posting Komentar